Kegiatan “Tante
Tika Cantik†diawali dengan sosialisasi pelayanan kesehatan tradisional secara
langsung ke aparat desa dengan tujuan agar kegiatan didukung penuh oleh pihak
desa. Selanjutnya, diadakan pembentukan kelompok dan pembinaan asuhan mandiri
pemanfaatan TOGA dan akupresur pada kelompok tersebut. Kader bersama petugas
kesehatan selanjutnya mengedukasi masyarakat tentang pencegahan stunting dengan
pemanfaatan TOGA dan akupresure secara mandiri serta mendorong masyarakat untuk
menanam TOGA di pekarangan rumah. Melalui UKBM (Posyandu Balita), pemanfaatan
TOGA juga digunakan dalam pembuatan makanan tambahan di posyandu tersebut. Ini
diharapkan bisa menjadi contoh bagi masyarakat dalam pemberian MP-ASI yang
bersumber bahan pangan local, padat gizi, dan tradisional. Selain itu, ada juga
kegiatan konseling tentang pemanfaatan TOGA dan akupresur dalam pencegahan
stunting melalui kontak WA.
RSUD Datu Sanggul memuat MOU /perjanjian kerjasama dengan
BUMDES binaan DPMD. Adanya MOU antara RS
Datu Sanggul dengan BUMDes /gabungan BUMDes. Rumah sakit masih menyusun rencana
kebutuhan barang yang aka diminta kepada BUMDES sebagai penyedia bahan
kebutuhan makanan untuk instalasi Gizi di RS Datu Sanggul.ÂÂ
Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama diwilayah kerjanya, merupakan sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu, terjangkau, adil dan merata. Puskesmas memiliki program layanan wajib dan Program tambahan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat disekitarnya. Progran kesehatan jiwa diPuskesmas Bakarangan merupakan program yang memiliki inovasi TERSAJI (TErnak SAhabat JIwa) yang dilakukan karena masih banyaknya penderita ODGJ yang tidak bisa produktif karena keterbatasan dan keadaan sosilisasi yang tidak mendukungnya, inovasi ini dilakukan dengan memberikan ternak pada penderita ODGJ yang dianggap stabil dan dapat berkomunikasi, sehingga diharapkan dapat membuat penderita ODGJ ini menjadi lebih produktif dan dapat bersosialisasi kembali dimasyarakat dan tidak menjadi beban dalam kehidupan bermasyarakatnya, serta tidak menjadi beban tanggungan Negara dan keluarga akibat terjadinya kematian dan disabilitas
GESIT KEMESRAAN
(Gerakan Sayang Ibu Turunkan KEMatian dEngan miSoprostol RektAl / ANus)
Inovasi GESIT KEMESRAAN selaras dengan tujuan kelima Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai tahun 2015, termasuk Indonesia yaitu     meningkatkan kesehatan ibu. Sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDG’s), yakni tujuan nomor 3, yaitu menjamin    kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia. Serta selaras dengan kategori nomor 5 UNPSA yaitu Promoting Gender Responsive Public Services to achieve the SDGs, karena inovasi ini memberI pelayanan publik kepada kelompok perempuan hamil dan melahirkan.
Inovasi melibatkan perempuan hamil dan melahirkan, dokter, bidan dan perawat. Masyarakat juga terlibat dalam mencegah keterlambatan untuk sampai ke fasilitas kesehatan. Sebelum munculnya insiatif GESIT KEMESRAAN, proses persalinan diberikan standar dengan injeksi oksitosin setelah bayi lahir, dan masih ada perdarahan terutama kelompok-kelompok hamil dengan darah tinggi, persalinan lama, dan persalinan dengan kehamilan yang sering. Meskipun penggunaan oksitosin secara rutin dapat menurunkan perdarahan pasca persalinan, namun itu bukan obat yang aman untuk digunakan dalam pre-eklampsia, penyakit jantung, dan bedah sesar setelah partus lama. Ini memiliki inotropik negatif, efek anti-platelet, dan anti-diuretik, dan mungkin terjadi peningkatan denyut jantung.
Dengan inisiatif GESIT KEMESRAAN, ibu hamil diberikan tablet misoprostol secara rektal/anus, maka perdarahan pasca persalinan menjadi berkurang atau tidak ada. Jumlah perdarahan pada penggunaan misoprostol rektal tiga tablet (600 ugr) lebih sedikit dibanding penggunaan oksitosin 20 IU selama persalinan pervaginam maupun operasi seksio sesarea. Sehingga Angka Kematian Ibu di Kabupaten Tapin menjadi berkurang.