Fasilitasi Narasumber BuperTalk#5 Etnoagronomi Indonesia bersama Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada
Bidang Litbang Kabupaten Tapin pada hari ini melaksanakan fasilitasi kepada salah satu tokoh pertanian di Kabupaten Tapin yaitu Bapak Junaidi yang menjadi narasumber dalam acara Webinar Buper Talk #5 Etnoagronomi Indonesia: Kekayaan Kearifan Lokal untuk Adaptasi Perubahan Iklim Global di Bidang Pertanian yang diselenggarakan oleh Universitas Gadjah Mada. Agenda kegiatan ini adalah bedah buku untuk mempelajari perkembangan teknologi agronomi berbasis kearifan lokal untuk pembangunan masa depan berkelanjutan. Pada keterkaitannya dengan Etnoagronomi Indonesia, Pa Junaidi menyampaikan mengenai tata cara pengolahan lahan Budidaya Tanaman Cabai Rawit Hiyung di Lahan Rawa Lebak Kabupaten Tapin Kalsel sebagai petani asli Desa Hiyung yang menerapkan kearifan lokal dalam bercocok tanam. Latar belakang Cabai rawit Hiyung asal mulanya ditemukan di Desa Linuh Kecamatan Piani pada tahun sekitar 1980 oleh seorang petani Kabupaten Tapin Asal Desa Hiyung Yaitu pak sobarjo yang berjarak kurang lebih 35 Km dari Desa Hiyung.
Dalam sejarahnya, cabai ini dibawa Ke Desa Hiyung Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin yang selanjutnya dikembangkan di Desa Hiyung Penamaan Cabai Hiyung diambil dari nama desa yaitu desa Hiyung Kecamatan Tapin Tengah Rantau. Keunggulan Cabai ini terletak dari tingkat kepedasannya, selain itu cabai ini juga unggul dalam hal kandungan vitamin A, vitamin C dan protein daripada Cabai yang lainnya. Hal inilah yang membuat cabai ini ditetapkan sebagai varietas unggul nasional. Uji laboratrium dilakukan untuk membuktikan keunggulan cabai ini dibandingkan dengan cabai rawit lainnya ke laboratorium Kementerian Pertanian di Bogor. Hasil uji menunjukkan kepedasan cabai hiyung ini mencapai sampai 2681,97 ppm (2020).Hingga Tahun 2021 ini luas lahan cabai Rawit Hiyung sampai berjumlah 250 Ha lebih. Pada pengembangannya, ekstensifikasi pertanian dibantu oleh Pemerintah Kab Tapin melalui Dinas Pertanian Kabupaten Tapin dan terus di perluas ke desa tetangga seperti di Kecamatan Candi Laras Selatan, dll.
Dengan kondisi lahan yang PH nya cukup tinggi, untuk penanaman cabai rawit hiyung Ph yang ideal yaitu ph 6 sampai 7 sedangkan Ph tanah Yang ada di Desa Hiyung berkisar antara 3,5 dan 4 Maka oleh sebab itu untuk menstabilkan Ph Tanah tersebut perlu pemakaian kapur Dolomit sesuai Dosis yang di perlukan namun yang kami laksanakan dilapangan tidak sesuai anjuran karena keterbatasan dana. Dalam praktiknya Pa Junaidi menggunakan kapur dolomit ± 10 gr perlobang.
Tahapan persiapan lahan dijelaskan secara singkat, yang dilakukan awal bulan, pertengahan bulan dan akhir bulan sampai 45 hari sebelum masa tanam. Pembersihan lahan dilakukan dengan cara manual dengan menggunakan parang, dan tajak. Pembersihan mulsa yang disiapkan yaitu gulma yang ada disamping surjan dibersihkan dan dibiarkan selama 1 Bulan atau 15 hari setelah mulsa sudah siap. Pemberian mulsa rumput dilakukan pada waktu panas karena untuk mengurangi cepat dan lambat nya pertumbuhan gulma agar mudah mengatur ketebalan mulsa yang akan di pakai antara musim kemarau dengan musim penghujan.
Pembuatan lubang Tanam berkisar antara 30 CM dengan menaburkan trichodherma dan PGPR untuk mencegah serangan penyakit. Taburkan pupuk kandang dengan kapur dolomit dan pupuk NPK setengah sendok makan kedalam lobang tanam kemudian dihancurkan kembali dan setelah itu dibiarkan 10 Hari Baru dilakukan penanaman.