Mengidentifikasi varian model agribisnis komoditas padi yang spesifik lokasi dilaksanakan masyarakat sebagai sumber pendapatannya, menentukan model agribisnis komoditas padi yang paling menguntungkan dan merumuskan model pemberdayaan masyarakat yang efektif dan efisien untuk mengembangkan (scaling out) agribisnis komoditas padi yang menguntungkan tersebut dalam skala yang lebih besar.
Kabupaten Tapin pada tahun 2019 merupakan Kabupaten ketiga
terbesar dalam produksi padinya. Padahal untuk tahun 2016 Kabupaten Tapin
pernah menjadi konstributor terbesar produksi padi (padi sawah dan ladang) di
Kalsel dengan produksi total sekitar 339.504 ton dimana Batola saat itu
produksi hanya 334.345ton. Untuk itu program pemanfaatan komoditas padinya yang
cukup banyak jumlahnya ini perlu dukungan pola agribisnis, agar produksi yang
tinggi tidak diikuti oleh menurunnya harga akibat supply yang melimpah. Salah
satu bentuk pengembangan agribisnis adalah melalui kemasan korporasi pertanian.
Dalam mengembangkan kegiatan ini, tentunya akan banyak pihak-pihak yang
terlibat dan diperlukan banyak dukungan dari berbagai pihak agar program ini
dapat berjalan dengan baik. Komitmen Pemerintah, baik pihak legislatif maupun
eksekutif untuk pengembanganan daerah melalui program ini tidaklah diragukan
lagi. Bahkan alokasi dana yang cukup besar untuk mendukung program ini telah
pula disepakati. Hal ini merupakan faktor signifikan yang menjadi penentu
keberhasilan program pengembangan agribisnis komoditas ini.
Dalam jangka panjang, pengembangan lapangan usaha pertanian
difokuskan pada produk-produk olahan hasil pertanian yang memberikan nilai
tambah bagi perekonomian nasional, seperti pengembangan agroindustri. Salah
satu lapangan usaha pertanian yang berorientasi ekspor dan mampu memberikan
nilai tambah adalah sektor perekebunan. Nilai PDB sektor pertanian mengalami
pertumbuhan yang semakin membaik dari tahun ke tahun. Pembangunan ekonomi lokal
yang berbasis pada pertanian merupakan sebuah proses orientasi, yang meletakkan
formasi institusi baru, pengembangan industry alternatif, peningkatan kapasitas
pelaku untuk menghasilkan produk yang lebih baik, identifikasi pasar baru,
transfer ilmu pengetahuan, dan menstimulasi bangkitnya perusahaan baru serta
semangat kewirausahaan. Pembangunan sektor pertanian/agribisnis yang
berorientasi pasar menyebabkan strategi pemasaran menjadi sangat penting bahkan
pemasaran ini semakin penting peranannya terutama menghadapi masa depan, dimana
preferensi konsumen terus mengalami perubahaan. Serta, untuk memampukan sector
agribisnis menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar, diperlukan pengembangan
sumberdaya agribisnis, khususnya pemanfaatan dan pengembangan teknologi.
Permasalahan mendasar yang umumnya dihadapi petani adalah kurangnya akses ke sumber permodalan, pasar dan teknologi serta organisasi tani yang masih lemah. Sebagaimana diketahui pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan cenderung berorientasi pada peningkatan produksi, tetapi sekarang bergeser pada paradigma baru dengan menekankan pada pendekatan yang berorientasi agribisnis. Kita melihat petani bukan hanya pelaku usaha parsial, melainkan sebagai subjek yang berintegrasi dengan pelaku usaha tani mulai dari sub system sarana produksi, pengolahan hasil, distribusi dan pemasaran.